Kamis, 21 November 2013

Pesona Bung Karno di Negeri Ratu Cleopatra

Gamal Abdul Nasser & Bung Karno
Mesir adalah negara pertama di dunia yang mengakui kemerdekaan negara republik Indonesia atas penjajah Belanda lewat presidennya bernama Gamal Abdul Nasser. Dari pengakuan itu, ada hal menarik yang saya temukan dari hubungan antara presiden Soekarno dan presiden Mesir.
Nama Soekarno di Mesir hingga saat ini masih selalu dikenang, khususnya oleh mereka yang berpendidikan. Sejarah perjuangan Indonesia melawan penjajah Belanda menjadi salah satu menu wajib yang harus dipelajari di sekolah, informasi ini saya peroleh dari sahabat saya Omar, orang Mesir yang pernah mendapatkan pendidikan wajib militer selama tiga tahun.

Bukan tanpa alasan juga, Mesir dan Indonesia pada saat kepemimpian Soekarno dan Gamal adalah salah satu pelopor berdirinya gerakan negara non blok saat itu, sehingga hubungan mereka sangat erat sekali. Keakraban itu tidak hanya terlihat dari hubungan resmi yang mengatasnamkan sebuah negara saja, bahkan secara pribadi, hubungan Soekarno dan Gamal adalah sebuah hubungan persahabatan yang sangat dekat.
Saya menemukan beberapa foto yang bisa menunjukkan bukti bahwa presiden Soekarno memang sangat akrab dengan Gamal, saat beliau bersantai di bawah pohon sambil duduk dan menikmati indahnya sungai nil di daerah Qonatir, suatu daerah yang terkenal rindang dan saat ini menjadi wilayah wisata favorit untuk memancing ikan di nil.

Pimpinan mileter Mesir Anwar Sadat yang duduk bersebelahan dengan presiden Gamal Abdul Nasser dan Soekarno meminjam kopiyah hitam Soekarno dan memakainya, keduanya tertawa ketika melihat Anwar Sadat yang masih muda memakai kopiah hitam itu. Saya kira ini adalah satu bukti dari keakraban itu.
Bahkan hingga kini, ketika ada orang Indonesia berjalan-jalan memakai kopiah hitam di jalanan Mesir, orang Mesir yang mengerti sejarah hubungan Indonesia Mesir masa lalu akan menyebut kopiah hitam itu sebagai sebutan “kopiah Soekarno” sebagai penisbahan atas yang memakainya tempo dulu.
Mesir pada saat itu juga sangat menghormati Soekarno, ketika presiden Soekarno bertandang untuk ke Cairo sebagai bagian dari lobi-lobi negara agar Indonesia diakui kemerdekaannya, Mesir saat itu memulyakan beliau.

Datang dari bandara Cairo langsung disambut dengan upacara resmi dan tidak hanya itu, bersama presiden Mesir Gamal Abdul Nasser, Soekarno diarak keliling Cairo dengan mobil bak terbuka sambil melambai-lambaikan tangan, rakyat Mesir sangat antusias dengan kunjungan kenegaraan itu.
Saking cintanya dengan Soekarno, hingga saat ini di Mesir ada mangga yang bernama mangga Soekarno dan pusatnya ada di daerah penghasil mangga terbesar se Mesir di Ismailia. Nama yang dilekatkan ini karena dulu bibitnya yang membawa adalah pak Karno saat berkunjung ke Mesir. Ketika saya berwisata ke kampung fir’aun yang ada di Giza dan memasuki museum Anwar Sadat yang di dalamnya berisi semua perjuangan presiden Anwar Sadat ketika memimpin Mesir. Dari semua foto pemimpin dunia yang terpampang, hanya Soekarno yang mewakili Indonesia.

Saat Soekarno beristirahat di hotel ditengah kunjungannya ke Cairo. Beliau bersama presiden Gamal Abdul Nasser berdiri di balkon dengan wajah serius. Keduanya memandang keelokan pemandangan sungai nil yang menjadi berkah buat rakyat Mesir. Entah apa yang difikirkan oleh Soekarno ketika memandang keelokan sungai yang menjadi terpanjang di Afrika itu. Pada waktu senggang, Soekarno juga mendapatkan undangan khusus dari Gamal untuk mengunjungi rumah dan keluarganya. Kedua anak Gamal diperkenalkan kepada Soekarno. Begitu hormat dan akrabnya hubungan Gamal Abdul Nasser dengan Soekarno, terlihat dari hubungan yang tidak hanya resmi bersifat kenegaraan saja, tapi juga sebagai hubungan personal.

Universitas Al-Azhar sebagai universitas tertua di dunia yang ada di Mesir juga menjadi salah satu tempat istimewa bagi Soekarno dan Gamal Abdul Nasser untuk menunaikan shalat jum’at. Keduanya terlihat khusyu’ mendengarkan khutbah. Universitas Al-Azhar telah menjadi saksi ribuan tahun dari para generasi Indonesia yang tersebar di seluruh pulau Indonesia untuk belajar islam dari sumbernya.
Di sela-sela kunjungannya ke Mesir, Soekarno juga tidak lupa menikmati sajian menarik para penunggang kuda dan onta yang ada di piramida yang menjadi salah satu bangunan keajaiban dunia. Dengan antusias, beliau bersama Gamal melihat atraksi para orang arab itu.

Bahkan, hingga kini yang menjadi kebanggaan saya terhadap Indonesia dan presiden Soekarno adalah ketika berjalan melewati kawasan Giza, dekat piramida berdiri. Dengan jelas terpampang di sana, di salah satu ruas jalan ramai, tertulis dengan jelas “Ahmed Soekarno St.” (Jalan Ahmad Soekarno).
Nama beliau telah diabadikan sebagai nama jalan utama di Giza sebagai bentuk penghormatan atas jasa-jasa Soekarno terhadap hubungan diplomasi yang telah dibangunnya di Mesir yang belum pernah tertandingi hingga saat ini. Ya, Soekarno dicintai tidak hanya di negaranya sendiri, di negara jauh yang berada di Afrika pun (baca : Mesir), Soekarno juga dirindukan. Sahabat saya Omar yang lulusan militer sering sekali bercerita tentang Soekarno dari pelajaran yang dia dapatkan di sekolah dulu. Perjuangan beliau memang sudah berakhir untuk kemerdekaan Indonesia, tetapi nama beliau akan selalu terkenang sepanjang masa.


Posted By : Nasionalisme Soekarno

Tidak ada komentar:

Posting Komentar