Bung Karno |
- Tongkat Komando Bung Karno
Bung Karno tidak pernah lupa membawa
tongkat kebesaran. Salah satu tongkat komandonya merupakan hadiah dari
Presiden Filipina Quirino. Tongkat ini yang sering dia bawa ke mana-mana
dalam acara resmi di Jakarta maupun ke luar kota, ke daerah-daerah,
bahkan ke luar negeri. Belakangan orang bilang, tongkat BK mempunyai
kekuatan gaib. Berita burung itu sampai ke telinganya. Ia berkata, “Lo,
ini ‘kan cuma dibuat dari kayu biasa, dan juga dibuat oleh manusia biasa
yang doyan nasi juga.”
- Perintah Berantai
Kalau sedang jalan pagi atau sore hari di
halaman istana, Bung Karno selalu memperhatikan keadaan sekitarnya.
Bagaimana kebersihannya, keadaan tanaman dan bunga, letak pot-pot bunga
masih teratur atau tidak. Suatu pagi, seperti biasa BK jalan-jalan di
halaman istana, disertai Sugandhi ajudan presiden dan seorang polisi
pengawal pribadi. Melihat bata merah pembatas halaman rumput tidak
teratur, BK memerintahkan Sugandhi membetulkan letak bata merah itu.
Lantas Pak Gandhi ganti menyuruh pengawal pribadi membetulkannya.
Langsung BK berkata, “Ya sudah, kalau kamu tak mau, akan saya kerjakan
sendiri.” Bung Karno kemudian membetulkan letak bata merah itu. Dengan
cepat Pak Gandhi dan pengawal pribadi ikut membetulkannya.
- Rokok Tak Bertuan
Pernah Bung Karno menemukan puntung rokok
di sekitar pos penjagaan polisi pengawal pribadi yang tidak dibuang ke
dalam asbak. Ia lantas bertanya kepada anggota yang bertugas, “Siapa di
antara kamu yang suka merokok? Coba keluarkan, rokokmu merek apa?”
Setelah semua petugas jaga mengeluarkan
rokok, tidak ada yang cocok dengan puntung rokok yang dipegang BK. Lalu,
ia membuang puntung itu ke asbak di atas meja pos penjagaan dan
memerintahkan, agar semua tempat di istana selalu bersih. Jangan
dikotori puntung rokok.
- Sapu Yang Malang
Halaman istana banyak pohon besar dan
rindang. Tetapi jangan sekali-kali memotong dahan atau rantingnya, sebab
Bung Karno akan tahu. Semuanya diatur sendiri olehnya, termasuk
tanaman-tanaman kecil di halaman istana.
Di sekitar tempat penjagaan Polisi
Pengawal Pribadi Presiden, terdapat pohon besar. Dengan sendirinya,
banyak daun kering jatuh di bawahnya. Melihat itu BK langsung berhenti
dan menyuruh seorang polisi pengawal mencari sapu. Setelah sapu didapat,
segera dia memerintahkan membersihkan tempat itu. BK kemudian
meneruskan jalan kaki, dan mengitari halaman istana.
Sewaktu anggota polisi pengawal pribadi
itu sedang menyapu, datang tukang kebun sambil meminta sapu itu. Sapu
diserahkan oleh polisi pengawal kepada tukang kebun, dan secara
kebetulan BK melihat adegan serah terima sapu itu. Ia segera kembali ke
pos penjagaan dan meminta sapu dari tukang kebun sambil berkata kepada
polisi pengawal tadi, “Baik, kalau kamu tidak mau membikin bersih
tempatmu sendiri, Bapak yang akan membersihkannya.” Setelah Bung Karno
selesai menyapu dan membersihkan tempat penjagaan, sapu dibanting sampai
gagangnya patah.
- Bung Karno Jadi Tukang Sapu
Pernah juga BK pagi-pagi masuk di sekitar
paviliun di Istana Negara, tempat tinggal polisi pengawal pribadi. Di
sini BK melihat tempatnya kotor, kamar mandi dan selokan juga kotor. BK
memerintahkan seorang polisi pengawal pribadi mencari sapu dan
mengumpulkan semua penghuninya. Kemudian, ia berkata, “Lihat, kamu orang
saya beri contoh bagaimana caranya membikin bersih tempat kotor ini.”
Bung Karno memegang sapu dan terus menyapu serta membersihkan tempat
itu. Orang-orang gemetar ketakutan ketika melihat BK membersihkan tempat
itu. Selesai menyapu BK berkata, “Bisa tidak kamu membikin bersih
tempatmu sendiri?”
- Kandang Kuda Untuk Kapten Soedarto
Di Istana Bogor pun BK selalu memeriksa
kebersihan sekitar istana, termasuk tempat tinggal para pelayan. Juga
garasi dan kandang kuda. Ketika BK sedang memeriksa kebersihan di
sekitar istana, ia diikuti seorang polisi pengawal pribadi dan Kapten
CPM Soedarto. Sampai di kandang kuda, sang kapten berkata, “Wah, kandang
kuda ini lebih bagus dan lebih bersih dari rumahku.” Mendengar
kata-kata itu, Bung Karno langsung mendekati Kapten Soedarto dan
berkata, “Kalau begitu, kamu tinggal saja di sini.” Semua yang mengikuti
Bung Karno tertawa lebar.
- Jari Bung Karno Yang Malang
BK mempunyai kebiasaan “aneh”. Beliau
selalu memukul-mukul kap atas pintu mobilnya yang akan dinaiki. Bukan
kenapa-kenapa. Sebab, kepala BK pernah terbentur pinggiran atas pintu
mobilnya. Mulai saat itu pula pengawal selalu diminta BK untuk
mengingatkan dengan kata-kata, “Awas pintu, Pak.” Mendengar kata-kata
itu, BK selalu menjawab, “Yooooo,” sambil memukul kap atas pintu
mobilnya terus masuk dan duduk di dalam mobil.
Insiden kecil juga pernah terjadi ketika
BK menjemput tamu agung dari luar negeri di lapangan terbang Kemayoran
Jakarta, dengan mobil sedan terbuka. Waktu pintu mobil ditutup dengan
keras oleh Sugandhi, jari tangan BK terjepit pintu mobil hingga luka
berdarah. Tentu saja sakit sekali. Akan tetapi, untuk menjaga agar
jangan sampai tamunya ikut gelisah, BK tetap tertawa dan melambaikan
tangannya kepada rakyat yang ikut menjemput tamu itu.
- Bung Karno terseret mobil
Pernah juga Bung Karno terseret pintu
mobil di serambi Istana Merdeka. Mobil baru berhenti setelah polisi
pengawal BK berteriak keras, “Stop, stop!”, gara-gara mobil buru-buru
dimajukan sopirnya. Sejak kejadian itu, sopir BK selalu harus turun dari
mobil ketika BK akan turun dari mobil, dan baru naik ke mobil setelah
BK sudah naik.
- Beramal Dengan Korek Api
Di mejanya selalu terdapat tumpukan koran
atau buku bacaan kalau sedang duduk sendirian. Pagi-pagi surat-surat
kabar itu harus sudah ada di mejanya. Para anggota DKP (Detasemen Kawal
Pribadi) memeriksa, jumlah surat kabar jangan sampai kurang. Kalau ada
yang kurang, BK pasti akan menanyakan. Pagi maupun sore hari, ia selalu
membaca surat kabar. Bahkan ke kamar kecil pun selalu membaca surat
kabar atau majalah.
Bung Karno juga mempunyai kebiasaan khas.
Kalau ia duduk di suatu tempat, tidak boleh ada angin dari belakang,
tidak boleh ada kipas angin yang dihidupkan di sekitarnya. Ia juga tidak
suka tidur di tempat tidur empuk mentul-mentul. Ia terbiasa tidur di tempat tidur beralas papan dan kasur kapuk.
Pernah suatu hari Bung Karno berkata
kepada Mangil, “Mangil, kamu itu selalu dekat Bapak. Ibaratnya kamu
harus selalu memegang baju Bapak sebelah belakang. Maka dari itu, kamu
supaya selalu membawa sakarin dan korek api. Sungguh pun yang minta api
itu bukan saya, tetapi orang lain. Kamu memberikan api kepada orang yang
akan merokok, kamu dapat pahala.” Sampai-sampai, Mangil selalu membawa
korek api, sekalipun ia tidak merokok.
- States Express 555
Bung Karno menyukai rokok merek States
Express 555. Pernah dalam suatu perjalanan sehabis makan BK minta Rokok
“555″, tetapi tidak ada yang punya. Ia berkata kepada rombongannya,
“Bapak ini merokok sehari hanya dua batang. Tiap-tiap habis makan satu
batang. Kok rokok saya satu kaleng yang isinya 50 batang bisa habis satu
hari, itu bagaimana?”
Sejak itu, setiap dalam perjalanan,
Mangil membawakan rokok Bung Karno supaya selalu utuh, tidak ada yang
berani minta rokok padanya, karena Mangil sendiri tidak merokok. Tetapi
kalau keluar istana, selain air putih juga Ovaltine yang selalu
disediakan oleh Pembantu Inspektur Polisi Sogol, salah seorang anggota
DKP.
Setiap kali akan berpidato, Bung Karno
terlebih dahulu selalu minum air putih yang sudah dingin, bukan dikasih
air es, atau es atau air yang dimasukkan di dalam kulkas. Tetapi air
putih yang sudah dimasak dan dingin, tanpa es. Suatu ketika BK didaulat
untuk memberikan wejangan oleh rakyat setempat dalam suatu perjalanan ke
daerah Aceh. Sebelum berpidato, Bung Karno minta air minum. Rakyat
berebut ingin memberikan air minum. Bung Karno berkata, “Saya minta air
minum, bukan air teh, bukan kopi, juga bukan bir. Bapak hanya minta air
putih yang sudah dimasak dan sudah dingin tanpa diberi es.”
- Bung Karno Dan Wayang Kulit
BK senang sekali menonton pergelaran
wayang kulit di Istana Negara. Dalam suatu pertunjukan wayang, ia kagum
akan kepahlawanan dan kepatriotan Gatotkaca.
Pernah suatu pagi, seusai menonton
pertunjukan wayang kulit, BK bertanya kepada Sugandhi, ajudan Presiden,
“Ndi, lucu tidak banyolannya tadi malam?” Sugandhi menjawab, “Lucu sanget,
Pak (lucu sekali, Pak).” “Coba tirukan, apa yang kau anggap lucu,” kata
BK lagi. Sugandhi tidak dapat menirukan dan dengan terus terang
menjawab, “Dalem mboten ningali, Pak (saya tidak nonton, Pak).” Bung Karno hanya tertawa mendengar pengakuan jujur itu.
- Korban Tari Lenso
Bung Karno juga senang menari lenso dalam
acara-acara khusus, baik di Istana Merdeka, Istana Negara, Istana
Bogor, atau Istana Cipanas. Untuk melayani BK santai, dibentuklah
kelompok band ABS, Asal Bapak Senang. Semua lagu kesenangan BK
dipelajari dengan baik. BK merasa cocok dengan adanya tim kesenian ini.
Kalau BK sedang menari lenso dan iramanya disenangi, tidak boleh diganti
dengan lagu lain, sekalipun yang mendengarkan mungkin sudah bosan.
Pernah pada suatu hari Bung Karno dan Ibu
Hartini mendapat undangan makan di tempat peristirahatan Duta Besar
Amerika Serikat Howard Jones di Puncak, Cipanas. Sehabis makan siang,
Bung Karno memanggil saya dan bertanya, “Anak-anak ada atau tidak?” Bung
Karno menari lenso dengan Ny. Jones, yang menyanyi semua anggota polisi
pengawal pribadi, sambil memukuli peralatan dapur seadanya untuk
memberikan suara dan irama lenso yang dikehendaki BK. Tanpa alat musik
pun, tari lenso berlangsung meriah. Selain BK, juga ikut menari Ibu
Hartini, Duta Besar Howard Jones dan nyonya, juga para anggota staf
Kedutaan Besar AS. Seusai acara, alat-alat dapur tadi pada penyok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar